Jumat, 06 Juni 2008

Musuh Kami : Zionisme (part 1)

Zionisme -- bukan hanya Yahudi. Dia adalah gerakan penguasaan dunia yang dilakukan oleh musuh-musuh Islam; bahkan musuh kemanusiaan.

Aktor utama memang Yahudi. Tapi mereka berjalan dengan sistem yang menggurita, yang dijalankan oleh banyak orang dari berbagai etnis, negara dan agama. Termasuk beberapa orang beragama Islam di negeri mayoritas Islam.

Ingat kata ahli perang Cina, "Kenali dirimu, kenali musuhmu. Maka kemenanganmu akan sempurna" (Sun Tzu, 2000 SM). Yuk! Kita kenali musuh kita!!


----




Kabbalah

Akibat mengalami penindasan yang panjang selama beribu tahun, bangsa Yahudi memelihara kepercayaan nenek-moyang mereka yang pada dasarnya menyimpang bahkan bertentangan dengan aqidah yang diajarkan oleh Nabi Musa as. Kepercayaan kuno itu dipelihara dengan keyakinan untuk mempertahankan eksistensi mereka. Di antara kepercayaan yang tertua dan paling dihormati adalah kepercayaan "Qabala", atau kadangkala ditulis "kabbala". Nama Qabala diambil dari kata Ibrani "qibli", yang maknanya "menerima". Qabala dalam hal ini berarti "menerima doktrin okultisme (ilmu sihir) rahasia".

Sejak masa Nabi Ibrahim as meninggalkan Sumeria (Irak sekarang ini) sampai dengan masa penjajahan Romawi atas Palestina. Qabala tetap merupakan kepercayaan Yahudi yang sangat rahasia, yang ajarannya hanya diketahui oleh anggotannya, disampaikan dengan cara dari mulut ke telinga, disampaikan oleh para pendeta tinggi kepada para novice. Selama periode ini para pendeta itu tinggal di Sumeria, kemudian menyebar ke Mesir Kuno, dan Palestina Kuno. Salah seorang pendeta tinggi Qabala ialah Samir, tokoh yang mengajak bani Israil yang baru saja keluar dari tanah Mesir untuk menyembah patung anak sapi yang terbuat dari emas, tatkala meraka di tinggal oleh Nabi Musa as berkhalwat di gunung Tursina di Sinai untuk menerima wahyu "firman yang sepuluh" dari Allah swt.

Beberapa waktu setelah berakhirnya penjajahan Romawi di Palestina, para pendeta tinggi Qabala memutuskan tradisi okultisme kuno itu untuk digunakan secara tertulis ke atas papyrus berupa gulungan (scroll) sebagai usaha agar ajaran itu dapat diwariskan kepada generasi Yahudi berikutnya. Selama pendudukan Romawi itu ajaran Qabala dihimpun dari berbagai tradisi lisan ke dalam beberapa gulungan, dan akhirnya dijiid kedalam sebuah kitab yang utuh.

Tugas menghimpun ajaran yang masih berupa lisan itu dibebankan kepada dua orang, yaitu Rabbi (guru,pendeta) Akiva bin Josef, yang menjadi ketua Majelis Tinggi Pendeta Sanhedrin pada waktu itu, dan pembantunya Rabbi Simon bin Joachai. Pada waktu itulah Qabala tersistematikkan menjadi dua jilid: Sefer Yetzerah (Kitab Genesis, tentang penciptaan alam semesta), dan Sefer Zohar (kitab Keagungan).

Kitab Zohar penuh dengan ayat-ayat yang bersifat rahasia dan amsal, dan ayat-ayat itu hanya dapat dipahami melalui Kitab Yetzerah, semacam kitab terjamah. Beberapa abad sesudah Masehi, di Eropa muncul kitab ajaran Qabala baru bernama Sefer Bahir, Kitab Cahaya. Ketiga kitab itu semuanyan diterjemahkan ke dalam bahasa Eropa. Ketiga kitab Qabala itu memuat ajaran sangat suci bagi sekte kultus sesat, penyembahan kepada Iblis, dam menjadi buku pegangan gereja-gereja Iblis di seluruh dunia.

Kaun Yahudi Qabalis, sebagaimana ajaran Samir, secara terang-terangan menyatakan permusuhan mereka kepada Tuhan Yang Maha Esa, Maha Pencipta alam semesta. Menurut iman mereka, Iblis atau Lucifer, telah diperlakukan secara tidak adil dan ia adalah satu-satunya tuhan yang berhak disembah. Iblis adalah tuhan mereka. Iblis atau khususnya Setan, dalam bahasa-bahasa Semit (termasuk bahasa Arab) berarti pemberontak, pembangkang, yakni memberontak dan membangkang kepada Allah swt. Karena itu kaum Qabalis tidak menyebutnya dengan nama Iblis. Mereka menyebutnya dengan nama Lucifer, yang berarti pembawa sinar cahaya. Penggunaan kata Iblis dianggap sebagai penghujatan kepada tuhan mereka. Kata Lucifer berarti cahaya, terang, pencerahan dan sebagainnya.

Salah satu tema penting yang berkaitan dengan kepercayaan Qabala ialah kekuasaan yang dating dari cahaya, api dan matahari. Ketiga hal itu menjadi perlambang dari ajaran penyembahan kepada Iblis, yang dipercayai diciptakan dari api. Segala sesuatu yang berkaitan dengan cahaya, api atau matahari, merupakan perlambang dari Iblis.

Ajaran Qabala menjelaskan adanya hierarki kekuasaan mereka yang mereka sebut sefortim, yang dalam bahasa Ibrani berarti penyinaran. Ada 10 sefrotim, yang dari bahasa Ibrani disebut sitra ahra, yang artinya sisi lain. Penyinaran sefrotim direpresentasikan oleh sejumlah makhluk supra-natural yang dalam bahsa Ibrani disebut sheldim. Shedim terdiri dari sejumlah roh. Roh tertinggi adalah Lucifer sebagai pembawa cahaya. Semua roh yang disebut shedim itu tercipda dari asal api. Oleh karena itu api menjadi sesembahan terpenting dalam ajaran Qabala. Beberapa di antara shedim itu ada yang kawin dengan manusia, dan mereka disebut mazzikim atau shedim yang tidak berbahaya, dan anak hasil perkawinan itu bila lahir disebut banin shovavvim yang artinya anak haram jadah.

Menurut ajaran Qabala manusia tidak butuh akan Allah, bahkan menurut mereka manusia bias menjadi manusia suci yang setara dengan tuhan. Mereka menyebut paham ini dengan istilah humanisme, bahwa manusia berdaulat untuk mengatur hidupnya sendiri di dunia. Kaum Qabalis menyebarkan paham ini kepada kaum non-Qabalis untuk menghancurkan keimanan manusia kepada Allah swt.

Dari sini, mulai nampak keterkaitan erat antara Majusi, Syiah dan Yahudi. Zororasterisme adalah salah satu cabang dari kepercayaan Qabala yang menyebar ke Persia dengan praktek keagamaannya lebih menekankan pada sihir bersamaan dengan penyembahan kepada Iblis. Para pemimpin agama Zoroaster disebut dengan nama magi, ritual agamannya disebut magus dan dari kata inilah kemudian menjadi kata magis dan Al-Qur'an dan Al-hadits menyebut Zoroaster dengan nama Majusi. Ritual para magi bertujuan untuk menyempurnakan seni sihir okultisme dan ilmu tenung, teluh dan santet melalui bantuan jin dan roh-roh halus. Cabang kepercayaan Qabala juga berkembang ke Mesir Kuno di masa Fir'aun. Ilmu Astrologi (peramalan nasib yang dikaitkan dengan posisi bintang-bintang tertentu (Zodiak), numerology (peramalan berdasarkan angka-angka yang dikaitkan dengan alphabet), berkembang di Sumeria, kemudian ke Mesir, ke Babilonia dan ke Persia, yang dihubungkan dengan penyembahan roh-roh halus. Ajaran Qabala di Persia tertulis di dalam kitab suci mereka yang dinamakan Avesta. Di dalam Avesta Lucifer disebut dalam bahasa Persia Kuno dengan nama Ahuramazda atau Omuzd, yaitu sang pembawa cahaya. Untuk menghormati Omuzd atau Lucifer, kaum Qabalis Zoroaster menyembah api dan matahari sebagai perlambang Lucifer. Kepercayaan Qabala Zoroaster bertahan hidup selama lebih dari seribu tahun sampai Persia ditaklukan oleh Islam pada tahun 651 M. Meskipun demikian agama ini masih dianut secara sembunyi-sembunyi oleh sebagian kecil pemeluknya di Iran sampai dengan sekarang ini.

(dari berbagai sumber)

Tidak ada komentar: