Jumat, 06 Juni 2008

Sekilas Nasyid Haroki

Sebutan nasyid haroki sendiri adalah sebutan baru bagi nasyid-nasyid bertema jihad. Entah siapa yang memulai penyebutan ini, yang jelas istilah ini mulai muncul bersamaan dengan terbitnya album pertama grup Ar-Ruhul Jadid; Semangat Baru, sekitar tahun 2005.

Ironis, genre nasyid ini dipisahkan dari mainstream nasyid Indonesia dan diberi label khusus : haroki, sebagai peng-identifikasiannya. Padahal dalam sejarahnya, nasyid adalah nasyid haroki ini!

Ya, inilah nasyid sejati dan sejatinya nasyid.

Nasyid bukanlah semata senandung. Dia adalah perlawanan.

Sejak runtuhnya ke-Khalifahan Turki Utsmani (sekitar tahun 1920-an)
; banyak gerakan Islam muncul untuk memberi perlawanan terhadap neo-imperialisme Barat yang begitu mencekam Dunia Islam. Perlawanan ini terjadi bukan hanya dalam tataran pemikiran dan konfrontasi fisik; bahkan sampai perlawanan budaya.

Disinilah nasyid kemudian muncul.

Muhammad Iqbal menyerukan nasyid As-Siinu Lanaa (maaf judul aslinya saya lupa), sebagai bentuk semangat pan-Islamisme. Menyeru kembali persatuan Islam di seluruh dunia karena sesungguhnya semua Muslim adalah satu. Dimanapun mereka berada, apapun etnis dan bangsanya.

".. China milik kami, India milik kami
Arab milik kami dan semua milik kami.."

Asy-Syahid Sayyid Quthb menghibur para mujahid yang demikian terasing lewat syairnya "Ghuraba". Begitu terasingnya hingga untuk membaca Al-Quran bersama-sama saja menjadi sedemikian sulit.

Buya Hamka menyeru para pemuda Islam negeri ini untuk berjuang menegakkan kalimatullah.

"Kalam suci menyeru kita berjuang (berjuang!)"

---


Demikianlah.

Jauh sebelum Kasih Putih, lagu yang begitu sering dibawakan para munsyid negeri ini, yang digubah oleh seorang Muslimah (?) yang telah melepas jilbabnya serta menyanyikan lagu Natal di TV--> jauh sebelum lagu itu dianggap nasyid; nasyid adalah nasyid haroki. Nasyid adalah penyeru perjuangan. Teman malam - malam mencekam para mujahid. Sahabat gelegar peluru medan juang.

Tidak ada komentar: